Apa Arti Dari Kalimat Magic Ini?
Sejak awal saya mengajar dan mendampingi para murid dalam kurikulum Exponential Generation, ada satu kalimat yang selalu saya tekankan, yaitu “Semangat adalah kehidupan dan kebersamaan.”
Bagi saya, semangat bukan sekadar energi sesaat. Ia adalah nafas kehidupan itu sendiri. Tanpa semangat, seseorang bisa hidup secara fisik, tetapi jiwanya mati. Dan tanpa kebersamaan, semangat itu mudah padam, sebab api kecil tak akan bertahan lama jika berdiri sendirian.
Semangat Itu Kehidupan
Hidup tidak selalu mudah. Ada kalanya kita merasa jatuh, kehilangan arah, bahkan ingin menyerah. Tapi di titik itulah, semangat menjadi cahaya yang menuntun langkah kita.

Seorang ilmuwan motivasi, Angela Duckworth, dalam bukunya Grit: The Power of Passion and Perseverance (2016), menjelaskan bahwa keberhasilan jangka panjang lebih ditentukan oleh semangat dan kegigihan daripada sekadar bakat. Dengan kata lain, hidup yang penuh arti bukan ditentukan oleh apa yang kita punya, melainkan oleh seberapa besar semangat yang kita jaga.
Al-Qur’an pun menegaskan hal ini. Allah SWT berfirman:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang beriman.”
(QS. Ali ‘Imran: 139)
Ayat ini bukan hanya motivasi, tapi penegasan bahwa semangat adalah syarat untuk tetap berdiri tegak, bahkan ketika dunia menekan kita.
Kebersamaan Adalah Sumber Kekuatan
Kalau semangat adalah api kehidupan, maka kebersamaan adalah angin yang menjaganya tetap menyala. Tanpa kebersamaan, semangat mudah padam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh; apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.”
(HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa kebersamaan bukan sekadar pilihan sosial, tapi kebutuhan spiritual. Dalam kebersamaan, kita menemukan dukungan, penguatan, dan makna hidup yang lebih luas.
aaaaaaaaDalam kajian psikologi modern, penelitian Cacioppo & Patrick (Loneliness: Human Nature and the Need for Social Connection, 2008) menunjukkan bahwa keterhubungan sosial adalah salah satu faktor terbesar dalam kebahagiaan dan ketahanan hidup seseorang. Artinya, sains dan agama sama-sama menegaskan bahwa kebersamaan adalah fondasi kehidupan yang sehat.
Exponential Generation Adalah Lompatan Bersama

Kurikulum Exponential Generation yang saya bangun bukan hanya bertujuan mencetak individu cerdas dan inovatif. Lebih dari itu, ia bertujuan membentuk komunitas manusia yang saling mendorong dalam kebaikan.
Seorang murid yang bersemangat bisa menularkan energinya ke seluruh kelas. Begitu pula, murid yang lesu bisa melemahkan semangat belajar. Karena itu, saya selalu menekankan bahwa semangat harus dijaga bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Al-Qur’an menegaskan pentingnya saling menguatkan dalam firman-Nya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)
Ayat ini mengajarkan bahwa kebersamaan dalam kebaikan adalah jalan yang membuat semangat tidak pernah padam.
Semangat Itu Menular

Kalau kita jujur, kita semua pernah merasakan energi yang menular dari orang lain. Melihat teman yang gigih, kita ikut termotivasi. Mendengar kisah perjuangan orang tua, kita ikut tergerak.
Inilah yang disebut oleh Albert Bandura dalam Social Learning Theory (1977) sebagai “modeling.” Kita belajar bukan hanya dari kata-kata, tapi juga dari teladan nyata. Artinya, semangat itu menular.
Maka, setiap anggota Exponential Generation punya tanggung jawab, yaitu jangan biarkan semangatmu hanya untuk dirimu sendiri. Jadikan ia api yang menghangatkan orang lain.
Hidup Tanpa Semangat Adalah Kehampaan
Saya sering melihat banyak orang hidup dengan rutinitas, tapi tanpa semangat. Mereka bangun pagi, bekerja, pulang, tidur, dan mengulang siklus itu setiap hari. Secara fisik mereka hidup, tapi jiwanya kosong.
Padahal Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.”
(QS. Al-Hasyr: 19)
Ayat ini mengingatkan bahwa kehidupan sejati bukan hanya soal tubuh yang bergerak, tapi juga jiwa yang bersemangat. Semangat yang lahir dari kesadaran akan tujuan hidup, dan dari rasa kebersamaan dengan orang lain.
Kebersamaan yang Menghidupkan
Saya Azmi Fajri Usman percaya, jika kebersamaan adalah salah satu nikmat terbesar yang sering kita abaikan. Saat kita berada dalam lingkaran yang sehat, kita bukan hanya menjadi lebih kuat, tapi juga lebih bahagia.
Penelitian Harvard Study of Adult Development, dalah satu studi terpanjang tentang kebahagiaan (Waldinger, 2015) menunjukkan satu kesimpulan sederhana, yaitu kebahagiaan dan panjang umur seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungannya dengan orang lain.
Artinya, kebersamaan adalah kehidupan itu sendiri. Tanpa itu, semangat hanya akan menjadi api kecil yang cepat padam.
Hidupkan Semangat, Jaga Kebersamaan
“Semangat adalah kehidupan dan kebersamaan.” Bagi saya, kalimat ini bukan sekadar kata-kata, tapi prinsip hidup yang saya ingin wariskan kepada setiap anak Exponential Generation.
Semangat membuat kita tetap hidup, meski dalam kesulitan. Kebersamaan membuat kita tetap kokoh, meski menghadapi tantangan besar.
Maka, jangan pernah biarkan api semangatmu padam. Dan jangan pernah berjalan sendirian. Hadapilah hidup dengan semangat, jalani bersama-sama, dan jadilah generasi yang melompat jauh bukan hanya karena kecerdasan, tapi juga karena hati yang penuh kehidupan.
Referensi
Al-Qur’anul Karim.
HR. Muslim.
Angela Duckworth. (2016). Grit: The Power of Passion and Perseverance. Scribner.
John Cacioppo & William Patrick. (2008). Loneliness: Human Nature and the Need for Social Connection. W.W. Norton & Company.
Albert Bandura. (1977). Social Learning Theory. Prentice Hall.
Robert Waldinger. (2015). What Makes a Good Life? Lessons from the Longest Study on Happiness. TED Talk.
Usman, A. F. (n.d.). Exponential Generation. RQV Foundation.