Lidya adalah salah satu anak yang memiliki semangat dan ambisi yang besar dalam menggapai mimpi menjadi seorang penghafal Qur’an. Karena telah berkomitmen ingin menggapai mimpi mulia tersebut, mengharuskannya untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur’an. Mimpi mulia itu hadir karena ia ingin mempersembahkan mahkota kemuliaan di akhirat nanti. Tak hanya itu, ia pun ingin menjadi keluarga Allah di dunia.
Seperti yang tertuang dalam hadits :
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)
Namun, semangat yang tinggi tak berbanding lurus dengan kondisi Al-Qur’an yang ia miliki. Ia harus berjuang menggapai mimpi itu dengan kondisi Al-Qur’an yang rusak bahkan sobek. Sejujurnya, Lidya pun ingin menghafal dengan kondisi Al-Qur’an yang lebih baik seperti halnya yang lain. Meskipun begitu, ia tetap semangat dan berjuang bersama Al-Qur’an.
Lantas apakah kita hanya menonton dan berdiam diri saja? Melihat semangat penghafal Al-Qur’an menghafal dengan kondisi Al-Qur’an yang rusak? Tegakah kita lantunan ayatnya mungkin terpotong karena ada bagian yang rusak?