Jebakan yang Sering Terjebak

Pernahkah kamu merasa, hidupmu seperti lingkaran yang berputar di tempat yang sama? Kamu jatuh di lubang yang sama, berkali-kali. Kamu bilang besok berubah, tapi besok ternyata mengulang hari yang sama. Itulah yang saya sebut sebagai jebakan yang sering terjebak.
Kamu tahu bahayanya? Jebakan ini tidak terlihat. Ia tidak seperti lubang besar di jalan yang bisa kamu hindari. Jebakan ini halus, membungkusmu dengan rasa nyaman. Kamu merasa aman di dalamnya, padahal sebenarnya pelan-pelan kamu terkunci, kehilangan waktu, kehilangan arah, dan pada akhirnya kehilangan dirimu sendiri.
Jebakan Pertama, Banyak Waktumu yang Terbuang

Salah satu jebakan yang paling sering menjerat anak muda adalah waktu. Kamu mungkin berpikir, “santai aja, umurku masih panjang.” Tapi tanpa sadar, jam-jammu habis untuk scroll media sosial, menonton video yang tak ada habisnya, atau nongkrong tanpa arah.
Allah sudah mengingatkan kita dalam QS. Al-‘Asr (103): 1-3:
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.”
Ayat ini jelas. Bukan sekadar ayat pendek yang sering kamu dengar di sekolah. Ini peringatan serius: setiap detik yang lewat bisa jadi kerugian, kecuali kamu isi dengan sesuatu yang bermakna.
Jebakan Kedua, Dirimu Malas yang Dibalut Alasan
Kamu sering terjebak dengan kalimat ini, “Nanti aja.” Atau, “Aku lagi gak mood.” Seakan-akan kemalasanmu punya alasan yang sah. Padahal, itulah jebakan paling halus.
Banyak anak muda ingin sukses, tapi sedikit yang mau menanggung proses. Ingat, dunia ini tidak peduli dengan alasanmu. Dunia hanya melihat hasil dari kerja kerasmu.
Literatur dari Brian Tracy dalam bukunya Eat That Frog! menjelaskan, kebiasaan menunda adalah salah satu penghalang terbesar dalam meraih keberhasilan. Orang yang bisa mengalahkan malasnya, akan melompat jauh meninggalkan orang lain yang sibuk mencari alasan.
Jebakan Ketiga, Berada di Lingkungan yang Salah
Coba lihat sekelilingmu. Kamu adalah rata-rata dari lima orang yang paling sering bersamamu. Jika lingkaranmu dipenuhi orang yang pesimis, suka mengeluh, atau hanya sibuk dengan kesenangan sesaat, jangan heran kalau hidupmu juga ikut terjebak di situ.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Seseorang tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dijadikan teman.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Hadis ini sederhana, tapi dalam. Kamu sering kali tidak sadar kalau lingkungan adalah jebakan yang paling kuat. Bukan karena mereka jahat, tapi karena kamu terlalu terbiasa berada di dalamnya.
Jebakan Keempat, Selalu Insecure yang Tidak Ada Ujungnya
Di era Gen Z, perbandingan hidup jadi makanan sehari-hari. Kamu buka Instagram, lihat temanmu traveling. Buka TikTok, lihat orang lain sukses di usia muda. Buka LinkedIn, ada yang baru lulus langsung kerja di perusahaan besar.
Kamu merasa kecil, minder, bahkan kehilangan percaya diri. Itulah jebakan insecure.
Padahal, kata Theodore Roosevelt, “Comparison is the thief of joy.” Membandingkan diri hanya akan mencuri kebahagiaanmu. Allah sudah menegaskan dalam QS. At-Tin (95): 4:
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Ayat ini mengingatkan kamu: kamu punya nilai, punya potensi, punya keunikan yang tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun.
Jebakan Kelima, Sibuk Tapi Tidak Produktif
Banyak anak muda sekarang terlihat sibuk. Agenda penuh, rapat ke sana-sini, scroll informasi sana-sini. Tapi coba kamu jujur, apakah semua itu benar-benar produktif? Atau hanya jebakan kesibukan palsu?
Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People menjelaskan, orang sering terjebak di kuadran “penting tapi tidak mendesak”, sehingga lupa mengerjakan hal yang benar-benar membangun masa depan.
Kesibukan tidak sama dengan kebermaknaan. Jangan sampai kamu hanya jadi orang sibuk, tapi tidak jadi orang berguna.
Mengapa Kamu Terjebak di Jebakan yang Sama?
Jawabannya sederhana, karena kamu tidak belajar dari pengalaman. Kamu jatuh, lalu berdiri, tapi tidak pernah bertanya, “Kenapa aku jatuh di situ lagi?” Kamu hanya mengulang, mengulang, dan mengulang.
Itulah kenapa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak sepatutnya seorang mukmin dipatuk ular dari satu lubang dua kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan, kalau kamu jatuh di jebakan yang sama, berarti ada sesuatu yang salah dalam cara kamu menghadapi hidup.
Jalan Keluarnya, Dengan Menjadi Exponential Generation
Saya, Azmi Fajri Usman menemukan exponential generation bukan untuk sekadar memberi motivasi. Saya ingin kamu punya kurikulum hidup, panduan nyata untuk keluar dari jebakan-jebakan ini.
Exponential Generation mengajarkan:
Kedisiplinan waktu, agar kamu tidak kehilangan masa produktifmu.
Kemandirian karakter, supaya kamu tidak mudah terpengaruh lingkungan yang salah.
Keberanian bermimpi besar, meski kamu punya keterbatasan.
Kesadaran spiritual, agar kamu tidak terjebak dalam tipu daya dunia.
Semua ini bukan teori kosong. Saya sudah melewati banyak luka, kehilangan, bahkan penyakit. Tapi saya memilih untuk tidak terjebak. Saya ingin kamu juga bisa keluar dari jebakanmu, sebelum hidup ini berlalu begitu saja.
Terakhir
Kamu mungkin merasa sekarang baik-baik saja. Tapi ingat, jebakan yang sering terjebak itu licik. Ia membuatmu merasa nyaman, padahal diam-diam menggerogoti masa depanmu.
Hidup ini singkat. Dunia ini tipu-tipu, seperti yang Allah tegaskan dalam QS. Al-Hadid (57): 20:
“Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan…”
Kamu mau terus terjebak di dalamnya, atau kamu mau keluar dan jadi bagian dari exponential generation yang membawa perubahan?
Pilihan itu ada di tanganmu. Jangan biarkan dirimu terjebak di jebakan yang sama, berkali-kali. Karena waktu tidak akan menunggu, dan kesempatan tidak akan datang dua kali.
