Gen Z, Generasi Emas atau Generasi Cemas?

Jebakan Gen Z

Kamu mungkin sering dengar kalau Gen Z itu generasi paling beruntung. Lahir di era teknologi, akses informasi cepat, kesempatan terbuka lebar, bahkan bisa jadi sukses hanya dengan modal HP. Tapi, apakah semua itu benar-benar keuntungan? Atau jangan-jangan, ada jebakan yang sedang menunggu kamu di balik semua kemudahan itu?

Hari ini saya ingin bicara langsung dengan kamu. Karena saya tahu, banyak anak muda yang merasa percaya diri dengan label Gen Z. Mereka pikir, dunia akan tunduk pada kreativitasnya. Padahal, kalau tidak hati-hati, justru Gen Z bisa jadi generasi yang paling rapuh dalam sejarah.

Jebakan Pertama, Hidup untuk Validasi

Kamu mungkin sering buka media sosial hanya untuk melihat berapa banyak like, komentar, atau views yang kamu dapatkan. Rasanya kalau angka itu tinggi, hidupmu lebih berharga. Tapi kalau rendah, tiba-tiba kamu merasa gagal, tidak cukup, atau bahkan tidak layak dicintai.

Itulah jebakan pertama Gen Z, hidup untuk validasi orang lain.

Padahal Allah sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran:139).

Ayat ini menegaskan, kalau harga dirimu bukan ditentukan oleh bagaimana pandangan manusia, tapi oleh iman dan amalmu. Kalau kamu terus mengejar validasi, kamu akan kehilangan arah hidup.

Jebakan Kedua, Scroll Tanpa Henti

Coba jujur, berapa jam kamu habiskan untuk scroll media sosial hari ini?

Penelitian dari Global Web Index (2022) menunjukkan bahwa Gen Z rata-rata menghabiskan lebih dari 8 jam per hari untuk konsumsi konten digital. Bayangkan aja, sepertiga hidupmu habis hanya untuk melihat layar, rugi, kan?

Waktu adalah aset paling mahal. Allah bersumpah dalam Al-Qur’an:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Asr:1-3).

Kalau waktumu habis untuk scroll tanpa arah, berarti kamu sedang terjebak dalam kerugian terbesar.

Jebakan Ketiga, FOMO (Fear of Missing Out)

Inilah jebakan halus yang membuatmu kehilangan identitas. Kamu tidak lagi hidup sebagai dirimu sendiri, tapi sebagai bayangan orang lain.

Gen Z sering merasa takut ketinggalan. Ada tren baru, langsung ikut. Ada challenge viral, buru-buru bikin. Ada gaya hidup yang dipamerkan influencer, langsung iri.

Padahal, Rasulullah SAW mengajarkan doa sederhana:

“Ya Allah, jadikanlah rezekiku mencukupi, dan berkahilah aku di dalamnya.” (HR. Tirmidzi).

Artinya, kamu tidak perlu mengikuti semua orang untuk merasa cukup. Kamu hanya perlu fokus pada jalanmu sendiri.

Jebakan Keempat, Ingin Cepat Sukses, Tapi Malas Proses

Banyak Gen Z ingin sukses instan. Melihat influencer kaya mendadak, merasa bisa juga. Melihat startup unicorn, ingin bikin tanpa tahu pahitnya perjalanan.

Padahal, dunia nyata tidak bekerja seperti itu.

Thomas Edison pernah berkata, “Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration.” Artinya, ide tanpa kerja keras hanya akan jadi mimpi kosong.

Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm:39).

Kalau kamu hanya bermimpi tanpa bekerja, itu bukan visi, tapi ilusi.

Jebakan Kelima, Insecure yang Tak Pernah Selesai

Gen Z hidup dalam dunia perbandingan. Lihat teman lebih sukses, langsung minder. Lihat orang lain lebih cantik atau lebih tampan, langsung insecure.

Tapi ingat, setiap orang sudah diberi takdir masing-masing. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin:4).

Kalau kamu terus merasa rendah diri, berarti kamu tidak menghargai anugerah Allah.

Exponential Generation, Jalan Keluar dari Jebakan

Kamu mungkin bertanya, lalu bagaimana cara keluar dari semua jebakan ini?

Inilah peran Exponential Generation. Azmi Fajri Usman tidak menciptakan kurikulum ini untuk gaya-gayaan. Exponential Generation hadir agar kamu bisa memutus rantai jebakan generasimu.

Dari Validasi ke Visi. Hidup bukan untuk like atau views, tapi untuk visi yang lebih besar.

Dari Scroll ke Kontrol. Kamu yang mengontrol teknologi, bukan teknologi yang mengontrolmu.

Dari FOMO ke Fokus. Kamu tidak perlu ikut semua hal, cukup fokus pada jalanmu.

Dari Instan ke Konsisten. Sukses itu bukan sulap, tapi hasil disiplin.

Dari Insecure ke Syukur. Kamu tidak kalah, kamu hanya berbeda.

Pelajaran dari Kehidupan Nyata

Saya ingin berbagi sedikit cerita.

Seorang anak muda yang dulu merasa hidupnya hancur. Orang tuanya bercerai, sekolahnya kacau, pertemanan pun rusak. Setiap hari ia hanya tenggelam di media sosial, iri melihat kehidupan orang lain.

Tapi ketika ia mulai ikut program Exponential Generation, ia sadar, kalau masalahnya bukan pada dunia, tapi pada dirinya sendiri yang selalu terjebak. Perlahan, ia belajar menolak jebakan itu. Ia mulai produktif, membatasi waktu online, fokus pada mimpi. Sekarang, ia justru jadi inspirasi bagi teman-temannya.

Itulah bukti, jebakan Gen Z bisa dilewati kalau kamu berani berubah

Jadi, Jangan Jadi Korban Jebakan!

Kamu lahir di era yang penuh peluang, tapi juga penuh jebakan. Kalau kamu tidak hati-hati, maka semua potensimu akan habis sebelum berkembang.

Ingatlah pesan Allah dalam Al-Qur’an:

“Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kamu, dan berlomba-lomba dalam harta dan anak keturunan…” (QS. Al-Hadid:20).

Dunia memang tipu-tipu. Jebakan itu nyata. Tapi kamu bisa memilih, mau jadi korban, atau mau jadi generasi yang melompat lebih jauh?

Kamu adalah Gen Z, tapi lebih dari itu, kamu adalah bagian dari Exponential Generation. Jangan biarkan jebakan menahan langkahmu. Karena masa depan tidak butuh generasi yang terperangkap, tapi generasi yang mampu membebaskan diri dan membebaskan orang lain.

Literatur pendukung:

Harriet B. Braiker, The Disease to Please (2001).

Erich Fromm, To Have or To Be? (1976).

Viktor Frankl, Man’s Search for Meaning (1946).

Global Web Index, Gen Z Digital Consumption Report (2022).

Al-Qur’an: QS. Al-‘Asr:1-3, QS. An-Najm:39, QS. At-Tin:4, QS. Al-Hadid:20.

HR. Bukhari, HR. Muslim, HR. Tirmidzi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top