Aku Tumbuh, Karena Aku Tahu di Mana Aku Berkembang
Ada banyak orang yang terlihat tumbuh, tapi sebenarnya tidak berkembang. Mereka bertambah usia, tapi tidak bertambah arah. Mereka sibuk bergerak, tapi lupa ke mana tujuan langkahnya. Saya belajar satu hal dalam hidup ini, jika pertumbuhan tanpa kesadaran hanyalah gerakan tanpa makna.
Saya tumbuh bukan karena waktu berjalan. Tapi, karena saya tahu di mana harus berkembang.
Tentang Tanah yang Subur
Setiap benih punya tanah yang cocok. Tidak semua tumbuh di tempat yang sama. Ada yang subur di tanah lembap, ada yang kuat di tanah kering, ada pula yang hidup di celah batu, tapi tetap berakar kuat. Begitu pula manusia. Kita tidak bisa tumbuh di semua tempat, tapi kita bisa menemukan tempat di mana diri kita berkembang.
Ketika kecil, saya sering merasa hidup ini sangat keras. Saya kehilangan ayah dan ibu di usia muda. Dunia terasa kosong. Tapi justru dari kehilangan itulah saya belajar bahwa rasa sakit adalah pupuk bagi jiwa. Ia membuat kita bertumbuh, jika kita tahu bagaimana memaknainya.
Tumbuh bukan berarti selalu naik. Kadang tumbuh berarti berakar lebih dalam, ibarat menunduk, belajar, diam sejenak untuk memahami arah hidup.
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Ayat ini menegaskan, pertumbuhan sejati dimulai dari kesadaran diri. Bukan dunia yang menentukannya, tapi pilihan kita.
Tumbuh Tanpa Arah Itu Berbahaya

Saya sering melihat generasi muda sekarang berlari cepat. Mereka mau sukses, mau kaya, mau dikenal. Tapi pertanyaannya, mau ke mana?
Karena secepat apa pun kamu berlari, kalau arahnya salah, kamu hanya akan semakin jauh dari tujuan.
Kamu bisa punya banyak kesempatan, tapi kalau kamu tak tahu di mana dirimu berkembang, kamu akan terus merasa gagal, meski terlihat berhasil di mata orang lain.
Saya pernah di posisi itu, sibuk dengan banyak hal, tapi hampa. Hingga akhirnya aku sadar, hidup bukan soal seberapa banyak yang kamu lakukan, tapi seberapa bermakna yang kamu jalani.
Dari sanalah lahir Exponential Generation, bukan sekadar kurikulum, tapi kesadaran baru, bahwa pertumbuhan itu tidak linear, tapi berlipat ganda. Bukan soal seberapa tinggi kamu naik, tapi seberapa dalam kamu memahami dirimu sendiri.
Mengenal Arah Diri
Kamu mungkin sedang di fase bingung. Antara lanjut atau berhenti. Antara bertahan atau menyerah. Saya paham, itu bukan hal yang mudah. Tapi ingat, kadang kamu tidak butuh jawaban, kamu hanya butuh berhenti sebentar untuk mendengar dirimu sendiri.
Tanyakan pada hatimu:
Di mana aku merasa hidupku berarti?
Di lingkungan seperti apa aku berkembang?
Siapa yang membuatku tumbuh, dan siapa yang membuatku layu?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu sering kali tidak kamu temukan di luar, tapi di dalam. Karena tumbuh bukan soal di mana kamu berada, tapi siapa dirimu ketika berada di sana.
Seperti tanaman, kamu tidak bisa menyalahkan cuaca. Kamu hanya bisa menyesuaikan cara hidupmu agar tetap bertahan. Kadang butuh hujan, kadang butuh panas — dua-duanya adalah bagian dari prosesmu berkembang.
Dari Refleksi Menuju Aksi
Tapi hati-hati. Refleksi tanpa aksi hanya akan jadi renungan kosong. Setelah tahu di mana kamu berkembang, beranilah untuk menetap di sana dan berjuang.
Saya pernah berkata pada santr di RQV Foundation:
“Bukan waktu yang membuatmu hebat, tapi pilihan yang kamu jaga setiap hari.”
Disiplin, tanggung jawab, dan keberanian adalah kunci pertumbuhan exsponential. Bukan karena kamu tak pernah gagal, tapi karena kamu selalu mau belajar dari kegagalan itu.
QS. Al-Ankabut ayat 69 menegaskan:
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
Artinya, tumbuh bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling bersungguh-sungguh.
Menjadi Tanaman yang Memberi Manfaat
Saya ingin kamu tumbuh bukan sekadar untuk dirimu sendiri. Jadilah pohon yang menaungi orang lain. Jadilah sumber oksigen bagi mereka yang mulai sesak oleh dunia. Karena pertumbuhan sejati bukan hanya tentang tinggi, tapi tentang manfaat.
Ketika kamu sudah tahu di mana kamu berkembang, jangan lupa menebar kebaikan di sekitarmu. Karena dunia ini kekurangan orang yang sadar bahwa tumbuh itu tanggung jawab spiritual, bukan sekadar pencapaian pribadi.
Literatur & Referensi
- Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d: 11 — tentang perubahan diri.
- Al-Qur’an Surah Al-Ankabut: 69 — tentang kesungguhan dalam jalan Allah.
- Frankl, Viktor E. Man’s Search for Meaning. (1946). — tentang makna hidup dan pertumbuhan melalui penderitaan.
- Carol Dweck, Mindset: The New Psychology of Success (2006). — tentang perbedaan antara “growth mindset” dan “fixed mindset.”
- Azmi Fajri Usman, Exponential Generation Curriculum (RQV Foundation, 2021). — tentang kesadaran pertumbuhan berlipat melalui nilai, karakter, dan cinta.
