Sakit, Bukan Halangan untuk Bermimpi!

Bukan Halangan untuk Bermimpi!

Kamu pernah tidak merasa hidupmu berhenti hanya karena sakit? Rasa lelah, nyeri, atau tubuh yang tidak sekuat dulu sering membuatmu berpikir, “Saya tidak bisa lagi mengejar mimpi saya.” Jika kamu pernah merasa begitu, izinkan saya mengatakan sesuatu, kamu salah soal itu.

Itu bukanlah alasan untuk kamu berhenti bermimpi. Justru dengan kondisi itulan, mimpimu menjadi jauh lebih berharga.

Saya tahu rasanya. Saya punya beberapa penyakit, salah satunya diabetes, dan dulu saya pernah lumpuh. Tubuh saya berkali-kali jatuh, berkali-kali harus menahan rasa sakit yang mungkin tidak semua orang bisa bayangkan. Namun, saya masih berdiri. Saya masih bermimpi, bahkan lebih besar dari sebelumnya.

Sakit Itu Kenyataan, Tapi Mimpi Itu Harapan

Kamu harus jujur mengakui, kalau penyakit memang nyata. Ia bisa dirasakan, bisa diperiksa dokter, dan tubuhmu mengakuinya. Tapi mimpi? Mimpi ada di dalam pikiranmu, di dalam hatimu, di ruang yang tidak pernah bisa dijangkau oleh penyakit apa pun.

Tubuhmu boleh saja punya banyak penyakit, tetapi cobalah untuk bebaskan pikiranmu. Hatimu boleh saja lemah, tetapi jiwamu bisa tetap menyala.

Karena itu saya percaya, selama kamu masih punya mimpi, sakit tidak akan pernah bisa mengalahkanmu. Yang bisa mengalahkanmu hanyalah ketika kamu menyerah.

Belajar dari Sakit yang Pernah Saya Alami

Izinkan saya bercerita. Saya dulu pernah lumpuh. Bayangkan, seseorang dengan banyak ide di kepalanya, punya banyak rencana, dan mimpi yang besar, tiba-tiba tidak bisa berjalan. Rasanya dunia berhenti berputar.

Namun saya sadar, jika saat itu saya berhenti bermimpi, maka semua anak-anak yang sekarang memanggil saya Abi, tidak akan pernah merasakan rumah yang saya bangun untuk mereka. Jika saya menyerah pada keadaan, RQV Foundation mungkin tidak akan pernah ada.

Penyakit saya bukan hanya bagian dari hidup, tetapi juga bahan bakar bagi mimpi saya. Diabetes, lumpuh, semuanya menjadi pengingat bahwa waktu saya tidak banyak. Maka saya harus berlari lebih cepat, bermimpi lebih besar, dan bekerja lebih keras.

Perspektif Qur’an dan Kisah Nabi

Allah tidak pernah menghadirkan sakit itu tanpa makna. Dalam QS. Al-Insyirah:5–6, Allah berfirman:

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

Ayat ini bukan sekadar penghibur. Ini adalah janji. Bahwa setiap kesakitan, setiap ujian, selalu ada jalan menuju kemudahan.

Lihatlah kisah Nabi Ayyub AS. Beliau diuji dengan sakit bertahun-tahun. Tubuhnya melemah, hartanya hilang, orang-orang menjauh. Namun satu hal tidak pernah beliau lepaskan, yaitu doa dan harapan. Nabi Ayyub tidak pernah berhenti bermimpi untuk kembali sehat, untuk bisa beribadah dengan kuat, untuk kembali bersama keluarganya.

Jika Nabi Ayyub mampu bersabar dalam keadaan seberat itu, lalu apa alasanmu untuk berhenti bermimpi hanya karena sakit?

Membuatmu Lebih Peka

Kalau ngomongin kata “inspiratif”, banyak orang langsung ngebayangin quotes motivasi, video yang bikin nangis, atau sosok sukses yang ceritanya bertebaran di medsos. inspiratif

Kamu mungkin belum sadar, tetapi kondisi seperti ini sebenarnya membuatmu lebih peka. Saat sehat, kamu sering lupa bahwa hidup ini rapuh. Kamu merasa seolah-olah punya waktu tak terbatas. Namun ketika sakit, kamu ingat betapa berharganya setiap detik.

Sakit mengajarkanmu untuk memperlambat langkah, untuk lebih bersyukur, dan untuk melihat hidup dengan cara berbeda.

Dan di situlah kekuatannya. Karena saat kamu sadar waktu ini singkat, kamu akan bermimpi lebih serius. Kamu berhenti menunda-nunda prosesmu. Kamu benar-benar mengejar apa yang kamu impikan.

Tentang Mimpi dan Harapan

Banyak tokoh menulis tentang bagaimana mimpi mampu mengalahkan penderitaan. Salah satunya Viktor Frankl dalam bukunya Man’s Search for Meaning. Frankl adalah seorang psikiater yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi. Ia kehilangan keluarga, kebebasan, dan setiap hari hidup dengan penderitaan. Namun satu hal membuatnya bertahan, yaitu harapan.

Frankl menulis: “Orang yang memiliki alasan untuk hidup dapat menanggung penderitaan apa pun.”

Begitu juga dengan saya. Penyakit bukan alasan untuk berhenti. Justru penyakit memberi alasan lebih kuat untuk terus hidup dengan mimpi.

Pesan untuk Generasi Muda

Sejak awal saya mengajar dan mendampingi para murid dalam kurikulum Exponential Generation, “Semangat adalah kehidupan dan kebersamaan.”

Kamu yang sekarang membaca ini mungkin masih sehat, atau mungkin sedang sakit. Apa pun kondisimu, jangan pernah berhenti bermimpi.

Kalau kamu sehat, jangan tunggu sakit untuk mulai menghargai waktu. Kalau kamu sakit, jangan jadikan itu alasan berhenti.

Exponential Generation yang saya bayangkan adalah generasi yang tidak menyerah pada keadaan. Generasi yang paham bahwa mimpi itu gratis, tapi perjuangannya memang mahal.

Ingatlah, sakit bukan tembok penghalang, tetapi tangga yang mengajarkanmu cara mendaki dengan sabar.

Terakhir

Saya ingin kamu percaya satu hal, tubuhmu boleh saja terbatas, tetapi tidak dengan mimpimu. Penyakit boleh melemahkan fisik, tetapi tidak bisa menyentuh harapanmu.

Sakit tidak akan pernah menghentikanmu selama kamu masih mau bermimpi.

Saya ulangi sekali lagi, sakit bukan halangan untuk kamu bermimpi.

Dan seperti yang selalu saya sampaikan:
“Semangat adalah kehidupan dan kebersamaan.”

Maka, jangan berhenti. Jadilah bagian dari Exponential Generation yang berani bermimpi meski penuh keterbatasan. Karena mimpi yang besar sering lahir dari jiwa-jiwa yang pernah merasakan sakit.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top