Kisah Inspiratif Kayla: Buta di Dunia, Tapi Tidak di Akhirat

Kayla: Buta di Dunia, Tapi Tidak di Akhirat

Bogor, 9 Maret 2025 – Di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh distraksi, seorang gadis hadir membawa cahaya keimanan yang menembus batas keterbatasan fisik. Namanya Kayla, seorang hafizah cilik yang meskipun tidak dapat melihat dunia sejak lahir, ia telah melihat cahaya Al-Qur’an dengan hati dan jiwanya. Pada usia 10 tahun, ia telah menuntaskan hafalan 30 juz, sebuah pencapaian luar biasa yang bahkan sulit diraih oleh banyak orang dengan panca indera sempurna.

Acara talk show inspiratif yang diselenggarakan di Masjid Al-Faizun 124, Warung Menteng, Kabupaten Bogor, menjadi saksi perjalanan luar biasa Kayla dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan suara yang penuh keteguhan, ia berkata, “Saya tidak ingin dibutakan Allah dua kali. Saya sudah buta di dunia, saya tidak mau buta juga di akhirat.” Kata-kata itu menggema di hati para hadirin, mengingatkan semua orang akan pentingnya Al-Qur’an sebagai cahaya dalam kehidupan.

Kayla adalah hafizah alumni program Hafiz Indonesia yang ditayangkan di RCTI pada tahun 2018. Meskipun ia memiliki gangguan penglihatan sejak lahir, hal ini tidak menjadi halangan baginya untuk menghafal Al-Quran. 

Keajaiban di dalam kekurangan

Dalam acara tersebut, ia berbagi perjalanan spiritualnya dalam menghafal Al-Qur’an. “Saya tidak ingin dibuatkan Allah dua kali. Saya sudah buta di dunia, saya tidak mau buta juga di akhirat,” ungkapnya penuh keteguhan. Perjalanan menghafal Al-Qur’an baginya bukanlah sesuatu yang sulit, karena menurutnya Allah telah memudahkannya dalam setiap langkah.

Sejak usia tiga bulan, ia telah divonis buta permanen. Namun, dalam keterbatasan tersebut, keluarganya melihat kebesaran Allah SWT. Ibundanya, dengan penuh syukur, menyampaikan, “Kami bukan penghafal Al-Qur’an, tapi Allah berikan anak kami menjadi Ahlul Qur’an.”

Kayla menghafal Al-Qur’an melalui pendengarannya. Orang tuanya membimbingnya dengan memperdengarkan lantunan ayat suci melalui audio. Awalnya, ia mendengar bacaan Al-Qur’an dari Muhammad Taha di Juz 30. Dalam waktu hanya satu minggu, ia sudah mampu menghafal satu juz. Dengan ketekunan dan bimbingan keluarga, dalam kurun waktu tiga tahun, ia pun berhasil menghafal seluruh 30 juz Al-Qur’an.

Dukungan Keluarga dan Lingkungan

Anak-anak yang memiliki kekurangan tentu juga memiliki kelebihan, Bunda. Hal ini juga berlaku oleh seorang gadis cantik bernama Kayla. Kayla merupakan gadis disabilitas yang tidak bisa melihat. Meski begitu, ia mampu menjadi seorang hafizah yang telah menghafal 30 juz Al-Qur’an dalam waktu 3 tahun 8 bulan di usia 10 tahun.

Rasa bangga turut diungkapkan oleh sang Bunda, Amriana. Ia mengungkap bahwa di keluarganya belum ada yang menjadi seorang penghafal Al-Qur’an selain Kayla.

Dalam perjalanan menghafalnya, Kayla tidak berjalan sendiri. Orang tuanya memiliki peran penting dalam membimbing dan memberikan motivasi. Setiap selesai salat Magrib, ia selalu menyetorkan hafalannya kepada sang bunda. Hal ini menjadi rutinitas yang terus ia jalankan dengan penuh semangat. Sang ibunda pun menyampaikan pesan kepada mereka yang masih diberikan kesempurnaan fisik, “Sayang sekali untuk mereka yang sempurna namun masih malas membaca Al-Qur’an.”

Proses Menghafal: Ketekunan dan Keajaiban Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an bukanlah hal mudah, terutama bagi anak-anak. Namun, Kayla menunjukkan bahwa dengan niat yang tulus dan usaha yang gigih, tidak ada yang mustahil. Rutinitas menghafalnya dilakukan secara konsisten setiap hari. Bunda Amriana bercerita bahwa keinginan anaknya untuk menghafal Al-Qur’an sudah terlihat sejak ia berusia tiga tahun. Melihat Kayla memiliki daya ingat dan pendengaran yang baik, maka Amriana mendengarkan hal yang baik kepada sang putri seperti murotal.

“Setiap hari, saya mengulang hafalan saya dengan mendengar kembali ayat-ayat yang telah saya hafalkan. Jika ada yang lupa, saya langsung mengulanginya lagi,” ungkap Kayla. Metode ini membantunya untuk menghafal dengan lebih kuat dan mendalam.

Motivasi Kayla untuk Generasi Muda

Dalam talk show tersebut, Kayla juga memberikan pesan motivasi kepada anak-anak seusianya agar lebih mencintai Al-Qur’an. “Untuk kalian semua yang dirahmati Allah SWT, jika ingin sukses, jadikan Al-Qur’an sebagai sahabat kita. Cintai Al-Qur’an, jangan pernah tinggalkan Al-Qur’an. Al-Qur’an akan menjadi penyemangat di kala sedih dan akan menjadi cahaya serta datang pada hari kiamat sebagai penyelamat.”

Pesan Kayla ini sangat menyentuh banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi sempurna namun masih enggan untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an. Ia ingin menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak mendekatkan diri kepada kitab suci, karena Allah akan selalu memberikan kemudahan bagi siapa pun yang berusaha.

Dampak dan Inspirasi bagi Masyarakat

Kisah Kayla telah menyentuh banyak hati, baik di lingkungan sekitarnya maupun di luar daerah. Banyak orang tua yang terinspirasi untuk lebih membimbing anak-anak mereka dalam mengenal dan mencintai Al-Qur’an. Mereka mulai menerapkan metode pembelajaran berbasis pendengaran sebagai alternatif bagi anak-anak mereka yang mengalami kesulitan dalam membaca secara langsung. Banyak dari mereka yang kini lebih disiplin dalam membimbing anak-anaknya membaca dan menghafal Al-Qur’an sejak dini.

Selain itu, para pengajar di berbagai lembaga pendidikan Islam juga melihat Kayla sebagai contoh nyata bahwa metode pembelajaran berbasis pendengaran sangat efektif, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Guru-guru mulai mengadaptasi metode ini ke dalam sistem pembelajaran mereka, sehingga anak-anak dengan keterbatasan fisik tetap dapat memperoleh pendidikan agama yang layak dan berkualitas.

Tak hanya itu, kisah Kayla juga memberikan inspirasi bagi komunitas tunanetra lainnya. Beberapa organisasi yang bergerak di bidang pendidikan inklusif mulai tertarik untuk menerapkan metode serupa dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak tunanetra lainnya. Banyak dari mereka yang awalnya merasa putus asa dengan keterbatasan mereka, kini mulai bangkit dan memiliki semangat baru dalam belajar Al-Qur’an.

Lebih jauh, kisah Kayla juga mendorong berbagai lembaga sosial dan keagamaan untuk meningkatkan dukungan mereka terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Beberapa lembaga telah mulai menyediakan fasilitas dan program khusus untuk anak-anak tunanetra dalam menghafal Al-Qur’an, seperti penyediaan perangkat audio yang lebih canggih dan metode pengajaran berbasis suara yang lebih interaktif.

Masyarakat luas pun turut merasakan dampak dari kisah Kayla. Banyak orang yang mulai menyadari betapa berharganya nikmat penglihatan yang mereka miliki, dan merasa terdorong untuk lebih mensyukuri anugerah tersebut dengan lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Mereka yang sebelumnya merasa sulit untuk menghafal atau bahkan membaca Al-Qur’an, kini mendapatkan semangat baru setelah mendengar kisah Kayla.

Cahaya yang Tak Pernah Padam

Kisah Kayla adalah bukti nyata bahwa ketulusan hati dan kesungguhan dalam menempuh jalan Allah akan selalu mendapatkan kemudahan. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, Kayla mampu mencapai sesuatu yang luar biasa, yang bahkan sulit dilakukan oleh banyak orang yang memiliki panca indera sempurna.

Keteguhan hati Kayla menjadi pengingat bahwa keberkahan Al-Qur’an tidak hanya diberikan kepada mereka yang memiliki fisik sempurna, tetapi kepada siapa pun yang berusaha mendekatinya dengan ketulusan. Setiap ayat yang dihafalnya bukan hanya menjadi bagian dari dirinya, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi jalannya menuju kebaikan dunia dan akhirat.

Semoga semangat dan keteguhan Kayla menginspirasi banyak orang untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kisahnya adalah bukti bahwa Al-Qur’an bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga pedoman hidup yang membawa keberkahan, petunjuk yang menerangi, dan cahaya yang membimbing kita dalam kehidupan dunia hingga akhirat.

Bagi siapa pun yang merasa jauh dari Al-Qur’an, kisah Kayla mengajarkan bahwa mendekat kepada firman Allah adalah sebuah perjalanan yang penuh berkah. Semoga lebih banyak anak-anak, remaja, dan generasi penerus bangsa yang terinspirasi untuk mengikuti jejak Kayla, mencintai, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top