Sebuah Renungan di Hari Ibu: Tentang Cinta yang Tak Pernah Habis

Sebuah Renungan di Hari Ibu: Tentang Cinta dan Doa yang Tak Pernah Habis

Coba kamu ingat-ingat, kapan terakhir kali bilang “terima kasih” ke Ibu? Atau, kapan terakhir kali kamu sadar betapa besar pengorbanan beliau buat kamu? Jujur aja, sering kali kita, anak muda, lupa atau bahkan nggak sadar sama perjuangan seorang ibu. Kita sibuk dengan urusan kita sendiri, merasa semuanya wajar-wajar aja, padahal di balik itu semua ada seseorang yang selalu siap berkorban tanpa pamrih.

https://images.app.goo.gl/F2S9KkpDdJoi9tLe9

Hari ini, di momen Hari Ibu, yuk kita duduk sebentar dan coba lihat ke belakang. Mari kita renungkan apa saja yang sudah seorang ibu lakukan buat kita. Siapa tahu, cerita ini bisa bikin kita sadar bahwa cinta seorang ibu itu nggak pernah habis, bahkan ketika kita lupa menghargainya.

Lebih dari Sekadar Melahirkan

Pernah nggak kamu mikir gimana rasanya hamil? Sembilan bulan, seorang ibu membawa kita dalam tubuhnya. Nggak bisa tidur nyaman, makan jadi pilih-pilih, bahkan rasa sakit yang luar biasa waktu melahirkan. Tapi apa dia pernah ngeluh? Kebanyakan nggak, kan? Karena buat ibu, kamu adalah anugerah yang nggak ternilai harganya.

Dalam Islam, seorang ibu punya kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu begitu tinggi hingga disebut tiga kali sebelum ayah. Bukankah ini jadi pengingat buat kita betapa besar peran ibu dalam hidup kita?

Banyak dari kita yang nggak tahu bahwa seorang ibu mempertaruhkan nyawanya waktu melahirkan. Menurut data medis, risiko kematian saat melahirkan itu nyata. Tapi, apa pernah seorang ibu mundur? Nggak. Dia rela menjalani semuanya, bahkan jika itu berarti dia harus menghadapi rasa sakit yang nggak terbayangkan. Dan itu baru langkah pertama dari perjalanan panjangnya sebagai seorang ibu.

Malam Tanpa Tidur dan Peluh yang Tak Terlihat

Ketika kamu masih bayi, siapa yang bangun di tengah malam waktu kamu nangis? Siapa yang selalu memastikan kamu kenyang, bersih, dan nyaman? Jawabannya selalu sama: ibu. Waktu itu, kamu nggak sadar, tapi setiap malam tanpa tidur adalah pengorbanan besar. Bahkan ketika tubuhnya lelah, ketika matanya berat, seorang ibu akan tetap ada buat kamu.

Seiring waktu, pengorbanannya nggak berhenti di situ. Ketika kamu mulai sekolah, ibu adalah orang pertama yang bangun pagi-pagi buat nyiapin sarapan. Dia yang ngecek tas kamu, memastikan seragammu rapi, dan kadang rela nggak sarapan karena waktu mepet. Apa pernah dia bilang dia capek? Nggak. Karena buat ibu, kebahagiaan anaknya adalah segalanya.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku kembalimu.” (QS. Luqman: 14). Ayat ini mengingatkan kita betapa besar jasa ibu sejak mengandung hingga membesarkan.

Ketika Kita Lupa, Ibu Tetap Ada

Masalahnya, semakin kita dewasa, semakin sering kita lupa. Kita sibuk sama sekolah, kerja, atau mungkin main sama teman-teman. Kadang kita marah-marah waktu ibu nanya, “Udah makan belum?” atau “Kapan pulang?” Kita merasa terganggu, padahal itu adalah caranya menunjukkan cinta.

https://images.app.goo.gl/o3nZPW5H2yyL5ySu5

Banyak anak muda yang baru sadar betapa berharganya seorang ibu ketika sudah terlambat. Ketika mereka mulai jauh dari rumah, atau ketika ibu sudah nggak ada. Padahal, setiap momen kecil bersama ibu adalah anugerah. Pernah nggak kamu ngerasa rindu suara ibu yang nyuruh kamu makan? Atau, senyumnya waktu lihat kamu pulang?

Cerita Seorang Ibu yang Tak Pernah Mengeluh

Ada sebuah cerita yang mungkin bisa bikin kamu sadar. Seorang ibu di desa kecil punya tiga anak. Suaminya meninggal ketika anak-anaknya masih kecil, dan dia harus jadi tulang punggung keluarga. Setiap pagi, dia pergi ke ladang, bekerja keras di bawah terik matahari. Malam harinya, dia masih sempat nyiapin makan malam buat anak-anaknya. Kadang, dia cuma makan sedikit supaya anak-anaknya kenyang.

Salah satu anaknya, seorang remaja laki-laki, mulai merasa malu dengan ibunya yang dianggap terlalu sederhana. Dia jarang pulang ke rumah dan bahkan kadang menghindar. Suatu hari, sang ibu sakit parah. Di ranjangnya, dengan suara lemah, dia bilang, “Nak, maaf kalau Ibu nggak bisa kasih kamu kehidupan yang mewah. Tapi Ibu selalu berdoa, semoga kamu jadi orang yang sukses dan bahagia.”

Remaja itu menangis. Dia baru sadar, semua yang dia miliki selama ini adalah hasil dari pengorbanan ibunya. Tapi saat itu, waktu sudah hampir habis. Ibunya meninggal tak lama setelah itu, meninggalkan penyesalan yang mendalam di hati anaknya.

Menghargai Ibu Selagi Bisa

Sobat muda, jangan tunggu sampai terlambat untuk menunjukkan cinta dan penghargaanmu pada ibu. Jangan tunggu sampai kamu kehilangan untuk menyadari betapa berharganya beliau. Luangkan waktu untuk bilang “terima kasih,” untuk memeluknya, dan untuk membuatnya tersenyum.

https://rqv.or.id/2024/12/11/peringatan-hak-asasi-manusia-pada-anak-muda/

Kadang, kita merasa gengsi untuk menunjukkan rasa sayang kita. Tapi percaya deh, buat seorang ibu, hal kecil seperti itu sudah cukup membuatnya bahagia. Karena lebih dari apa pun, yang dia inginkan hanyalah melihat anak-anaknya bahagia dan sukses.

Hari Ibu: Momentum untuk Memulai

Hari Ibu bukan sekadar tanggal di kalender. Ini adalah pengingat buat kita semua untuk berhenti sejenak dan memikirkan seseorang yang selalu ada di setiap langkah kita. Gunakan momen ini untuk menunjukkan bahwa kamu peduli.

Kamu bisa mulai dengan hal-hal sederhana. Bantu ibu di rumah, ajak dia ngobrol, atau tulis surat kecil yang bilang betapa kamu bersyukur memiliki dia. Kalau kamu jauh dari rumah, telepon ibu dan tanya kabarnya. Percaya deh, mendengar suaramu saja sudah cukup membuatnya bahagia.

Ibu, Cinta yang Tak Pernah Habis

Cinta seorang ibu adalah cinta yang tak pernah habis. Dia adalah orang yang selalu ada, bahkan ketika kita merasa sendirian. Dia adalah rumah, tempat kita kembali, dan pelukan hangat yang selalu menenangkan.

Mari kita ingat doa Rasulullah SAW: “Ya Allah, kasihilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka mengasihiku di waktu kecil.” Doa ini mengajarkan kita untuk terus memohon kebaikan bagi ibu, karena cinta dan pengorbanan mereka tak ternilai harganya.

Jadi, mulai sekarang, mari kita lebih sadar. Mari kita lebih menghargai. Karena di balik setiap langkah kita, ada doa seorang ibu yang selalu mengiringi. Di Hari Ibu ini, mari kita berjanji untuk selalu menyayangi beliau, bukan hanya hari ini, tapi setiap hari.

Terima kasih, Ibu, untuk semua cinta dan pengorbananmu. Kami, anak-anakmu, mungkin belum sempurna dalam membalasnya. Tapi percayalah, cinta kami untukmu akan selalu ada, sepanjang waktu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top